Pengalokasian Wilayah


Dalam proses pengalokasian wilayah/daerah dilakukan pemaduan antara keterkaitan kegiatan dan kebutuhan ruang. Diagram Alokasi Wilayah (Area Allocation Diagram - AAD) merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan rancangan bangunan yang rinci. Biasanya sampai tahapan perencanaan fasilitas ini baik arsitek maupun pembangun belum perlu dilibatkan dengan serius, karena keduanya memerlukan gambaran tata letak yang telah tetap untuk mulai bekerja.
Tujuan dari proses ini adalah merancang pengaturan yang efisien ruangan yang dibutuhkan oleh tiap kegiatan, dalam satu kesatuan  yang terpadu. Susunan yang dihasilkan harus sedapat mungkin  mewadahi keterkaitan kegiatan yang telah ditentukan, dan tetap mempertahankan kebutuhan luas dari tiap kegiatan. Beberapa keuntungan dari pemakaian proses alokasi wilayah ini adalah sebagi berikut :
1. Pembagian wilayah kegiatan yang sistematis.
2. Memudahkan proses tata letak.
3. Memungkinkan tata letak yang lebih cermat.
4. Membantu menghindari tidak kelihatannya sebuah kegiatan.
5. Memberikan perkiraan luas total.
6. Memberikan pemikiran susunan awal, yang mudah dimengerti.
7. Meminimumkan ruangan yang terbuang.
8. Menyarankan susunan pengganti.
9. Mendorong pertimbangan rinci dari tiap kegiatan mandiri.
10. Menjabarkan perkiraan menjadi susunan awal dalam bentuk denah.
11. Menjamin ruang yang cukup.
12. Menunjukkan besarnya kegiatan relatif.
13. Dasar bagi perencanaan selanjutnya.
14. Membantu penggambaran.
Dapat terlihat bahwa alokasi wilayah merupakan tahap kunci dalam proses perancangan fasilitas dan harus dilakukan dengan cermat, diperiksa oleh orang yang tepat, dan disetujui oleh pimpinan sebelum pekerjaan tata letak rinci lebih dilaksanakan.

Faktor-faktor pertimbagan dalam alokasi wilayah
Seperti langkah-langkah proses perancangan fasilitas sebelumnya, terdapat beberapa faktor penting untuk dipertimbangkan dalam melaksanakan prosedur pengalokasian wilayah
FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN ALOKASI WILAYAH
1. Keterkaitan antara aliran bahan dalam dan luar (pabrik)
2. Rencana, arah perluasan dan pertumbuhan (karena kegiatan)
3. Keluwesan dalam memenuhi perubahan
4. Karakteristik bangunan; jenis, konstruksi, ukuran, bangun, batas
5. Tuntutan khusus dari departemen tertentu; tuntutan lingkungan, karakteristik-karakteristik yang tidak dikehendaki
6. Kelonggaran bagi pemotongan pada saat-saat akhir (selama proses persetujuan)
7. Peluang pemakaian loteng, balkon, lantai bawah tanah, atap, dsb.
8. Kemungkinan perubahan produk dan proses
9. Lokasi dan ukuran gang 
10. Nilai relatif pentingnya satu wilayah kegiatan mandiri
11. Kesukaan pribadi dari orang-orang yang terlibat 12. Jarak dan lokasi gang
13. Pola aliran bahan
14. Fasilitas luar dan keterkaitannya dengan kegiatan di dalam
15. Orientasi bangunan terhadap tapak
16. Keterkaitan antar kegiatan
17. Kebutuhan ruang dari tiap kegiatan
18. Nilai ruangan
19. Tapak; ukuran, topografi, orientasi
20. Ketersediaan ruang
21. Fasilitas transportasi
22. Fasilitas pemindah bahan di luar (pabrik)
23. Ketersediaan dana
24. Ketentuan-ketentuan tentang bangunan
25. Pengaturan wilayah
26. Lokasi kegiatan pelayanan dan kegiatan penunjang
27. Tuntutan untuk berbagi fasilitas
28. Keterbatasan bangunan
29. Kebutuhan ruangan penyimpanan (gudang)
                                           [Sumber : Apple, 1990]
 Faktor-faktor pertimbangan dalam perencanaan perluasan
Salah satu masalah yang paling membingungkan yang dihadapi oleh perancang fasilitas adalah tuntutan perluasan. Dalam perusahaan yang berjalan baik, maju, dan berhasil, perluasan tidak dapat dihindarkan. Bagaimanapun,  keasingan-keasingan tentang masa datang, dan kemungkinan mempunyai bangunan yang terlalu luas atau terlalu kecil dapat menyebabkan konsekuensi ekonomis yang serius. Jika bangunan kekecilan dapat mengakibatkan pembagian yang ketat, produksi yang kurang efisien dan kebutuhan akan tambahan bangunan terpisah yang terlalu cepat. Tetapi jika keuangan memungkinkan, kelebihan ruangan tidak memberi akibat yang terlalu serius, karena kelebihan ruangan misalnya dapat disewakan (kalau memungkinkan) sampai saat diperlukan sendiri.
Perencanaan awal bagi perluasan potensial merupakan bagian dari proses perancangan fasilitas yang penting dari sejak pemilihan tapak untuk mendirikan bangunan. Yang menjadi perhatian adalah faktor-faktor dan masalah yang mencakup persiapan bagi perluasan potensial. Kebutuhan perluasan dapat timbul dari sejumlah alasan yang dikaitkan dengan kebutuhan tambahan volume, produk, komponen, proses, atau pelayanan, misalnya :
1. Tidak mungkin lagi memenuhi permintaan penjualan, karena kapasitas yang tidak mencukupi.
2. Ditambahkannya komponen baru pada produk.
3. Mungkin dibutuhkan proses baru.
4. Mungkin diperlukan operasi dan pelayanan tambahan.
5. Kegiatan yang sebelumnya di sub-kontrakan, ditarik kembali.
Masih banyak alasan lain yang mungkin menimbulkan kebutuhan tambahan ruangan, dan dapat lebih mudah dipenuhi jika telah direncanakan.
Diperlukan kewaspadaan terhadap berbagai faktor yang berhubungan dengan masalah perluasan. Tabel 11.2 dapat digunakan sebagai sebuah lembar pemeriksaan selama tahapan perencanaan perluasan dari proses perancangan fasilitas. Sebagai pertimbangan awal bagi perluasan, disarankan agar pola aliran dirancang untuk memudahkan perluasan (seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya ; Merancang aliran bahan), sehingga arah aliran  yang baru sudah direncanakan sejak dini. Pertimbangan kedua adalah jumlah ruangan yang dibutuhkan, sedikitnya dapat didekati dengan perkiraan kegiatan tertentu, misalnya seperti Tabel 11.3. Tentu saja perhitungan seperti ini akan mempersiapkan kebutuhan ruangan pada masa datang dengan lebih baik dibandingkan dengan hanya menunggu apa yang akan terjadi, dan baru kemudian menentukan tambahannya secara terburu-buru yang dapat menimbulkan kekurangan-kekurangan, seperti ukurannya, konfigurasinya, dan lokasinya

FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN PERENCANAAN PERLUASAN

A. Umum
1. Jadwal waktu
2. Keleluasan perluasan yang dibutuhkan (diinginkan)
3. Gangguan fasilitas yang ada
4. Rencana induk
5. Ramalan penjualan
6. Peluang perubahan produk dan lintasnya
7. Keuntungan perluasan dibanding tapak baru
8. Perlu tidaknya seluruh fasilitas, berada dalam satu lokasi
9. Keuntungan pindah sekarang dibandingkan dengan penambahan sekarang dan pindah kemudian
10. Kerugian fasilitas yang jauh dari lokasi
11. Gangguan akibat pemindahan
12. Kemungkinan mengontrakkan beberapa operasi produksi
13. Kewajaran memisahkan beberapa kegiatan pada beberapa lokasi
14. Pengaruh perluasan yang dilakukan sekarang terhadap perluasan di masa datang
15. Perkiraan kemajuan teknologi dalam tata cara produksi
16. Kemungkinan perubahan dari tata letak proses ke tata letak produk
17. Kemungkinan perubahan produk atau lintas produk
B. Biaya
1. Ketersediaan modal
2. Suku bunga
3. Biaya penembahan dibanding bangunan baru
4. Kecenderungan ekonomi
5. Kelayakan ekonomis untuk menambah bangunan yang telah ada
6. Kemungkinan biaya pemulihan perluasan jika dilakukan belakangan
7. Biaya pembangunan sekarang dibanding nanti
8. Biaya pemindahan ke ruangan baru
C. Yang berhubungan dengan tapak
1. Kesiapan pada tapak yang ada dibanding pada tapak baru
2. Biaya sekarang dibanding nanti
3. Jarak dari operasi perusahaan lainnya
4. jalan, dsb.
5. Batasan-batasan hukum
6. Gambaran topografi
7. Fasilitas transportasi
8. Ketersediaan utilitas
9. Perluasan tapak yang potensial
10. Parkir
11. Penempatan bangunan pada tapak
12. Ketentuan kewilayahan 
13. Aspek estetis
14. Hubungan penerimaan dan pengiriman dalam pabrik, dan ke tapak
15. Ukuran tapak
16. Orientasi bangunan di atas tapak
17. Bangun; pabrik, tapak
18. Tatanan yang berdekatan, dsb
D. Yang berhubungan dengan bangunan
1. Jenis tatanan
2. Jenis bangunan
3. Ukuran bangunan
4. Bangun tatanan
5. Kemudahan pemindahan dinding
6. Ketentuan-ketentuan bangunan,dsb.
7. Penambahan lantai ke atas dibanding penambahan lantai diatas lahan
8. Biaya pembanguan
9. Arah kelayakan perluasan
10. Lokasi baguan di atas tapak
11. Perluasan wilayah pelayanan untuk menyesuaikan dengan perluasan produksi
12. Kemungkinan penyewaan atau membangun dan menyewa kembali
13. Waktu yang dibutuhkan untuk membangun
14. Perluasan potensial dari fasilitas yang diperluas
15. Jumlah lantai
16. Tinggi ruangan
17. Jarak antar tiang
18. Lokasi pintu, dsb.
19. Kecenderungan kemajuan teknologi dalam konstruksi banguna
                                     [Sumber : Apple, 1990]


Kegiatan Ketersediaan
Sekarang Yang Dibutuhkan
Sekarang Kebutuhan Mendatang
1 – 2 TH. 4 – 5 TH. 8 – 10 TH.
Penerimaan
Produksi
Gudang

                                                  [Sumber : Apple, 1990]
Letak ruang tambahan
Dimana ruang tambahan harus ditempatkan? Hal ini dapat terjawab sebagian oleh pola aliran bahan walaupun perencanaan yang lebih spesifik harus dibuat. Yaitu ketika tata letak untuk pabrik yang dibutuhkan sekarang dirancang, luas wilayah yang sekiranya akan dibutuhkan di masa datang dapat ditunjukkan pada lokasi sesuai dengan urutan rencana pengembangan. Hal ini akan menjamin kaitan yang sesuai dengan kegiatan yang telah ada, ketika daerah baru ditambahkan.
Factory Magazine menampilkan enam cara dasar untuk memperluas pabrik seperti di gambarkan pada Gambar 11.1, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dasarnya adalah :
1. Bayangan cermin                                   4. Aliran U
2. Aliran lurus                                            5. Aliran C
3. Aliran T                                                 6. Konsep tanpa-perubahan dinding
Modifikasi, penyesuaian, dan penggabungan dari cara dasar itu akan menyediakan lebih banyak  kemungkinan.
Saran untuk memudahkan perluasan bangunan ditunjukan pada Tabel 11.4, sebagian besar berkaitan dengan rancangan fasilitas yang ada kini, tetapi dengan pemikiran perluasan.
Suatu cara yang relatif murah dalam memberikan ruangan tambahan adalah pemakaian loteng atau balkon. Daerah seperti ini dapat digunaan untuk kegiatan-kegiatan seperti :
1. Kantor                                                 4. Persediaan yang lambat pemakaiannya
2. WC                                                      5. Operasi rakitan-bagian
3. Gudang kemasan (karton)                   6. Kegiatan berbeban rendah 

                                    [Sumber : Apple, 1990]
            
 PERTIMBANGAN PERENCANAAN PERLUASAN

A. MERANCANG FASILITAS BARU
1. Rencanakan tata letak mendatang sirinci mungkin sehingga menunjukkan gambaran-gambaran yang penting.
2. Pra-rencanakan perluasan sedikitnya dalam dua arah.
3. Rencanakan susunan gang agar perluasan mudah dilakukan.
4. Letakkan kegiatan dalam posisi terbaik bagi perluasan.
5. Rancang pola aliran  sehingga penambahannya logis.
6. Perhitungkan kemungkinan proses baru (juga pengembangan mendatang).
7. Tempatkan departemen-departemen pelayanan agar mudah diperluas di masa datang.
8. Susun peralatan dalam cara yang memudahkan penyisipan peralatan tambahan.
9. Gunakan gang yang lebih lebar untuk masa kini.
10. Gunakan ruang mesin yang lebih luas untuk masa kini.
11. Berikan ruang tambahan bagi departemen-departemen.
12. Tempatkan peralatan permanen pada lokasi tetap - yaitu tidak akan dipindahkan lagi belakangan - karena pondasi khusus, utilitas, masalah pemasangan, dsb. (seperti ruangan cuci, kantor, mesin-mesin berat, pemanggang/oven)
13. Berikan tambahan ruang produksi  sampai 25% lebih dari yang dibutuhkan sekarang.
14. Rencanakan kelebihan 50% ruangan kantor lebih dari yang dibituhkan sekarang.
15. Biarkan dinding luar bebas dari bangunan permanen.
16. Rencanakan bangun bangunan yang memudahkan perluasan.
17. Gunakan pemisahan sesedikit mungkin.
18. Rencanakan lokasi, susunan utilitas dan kapasitasnya agar mudah diperluas (air, listrik, pipa, pemanas, ventilasi, AC, saluran pembuangan)
19. Tempatkan dan tentukan tiang dengan cermat agar memudahkan perluasan.
20. Rencanakan bagunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan, dan dibandingkan menyewa atau mengontrak ruangan tambahan.
21. Tempatkan kegiatan seperti penerimaan dan pengiriman, parkir, jalan orang, jalan dan utilitas dengan penyusunan ulang minimum atau penempatan ulang pada perluasan.
22. Gunakan atap bagi pemanggang, penyejuk ruangan, dsb.
23. Tempatkan bangunan pada tanah untuk memudahkan perluasan.
24. Gunakan dinding atau pemisah yang dapat dipindah.
25. Gunakan konstruksi yang bersifat modul.
26. Rancang pondasi sehinnga memungkinkan penambahan lantai.
27. Bangun landasan yang cukup untuk memudahkan penambahan tiang untuk menyangga loteng.
28. Rencanakan ketinggian yang cukup (minimal 6 m) untuk penambahan loteng atau balkon.
29. Beli tanah sebanyak 3 sampai 10 kali dari yang dibutuhkan sekarang.
30. Rencanakan parkir tambahan.
31. Tempatkan pintu keluar yang besar sebagai jalan ke penambahan baru.
32. Gunakan alat bantu utilitas yang dapat disambung cepat.
33. Rencanakan dinding luar pada tahap pembangunan pertama menjadi ‘dinding-penahan kebakaran’ setelah perluasan.
34. Sangga atap dengan tiang, bukan dengan dinding.
35. Gunakan dinding lapis/panel dan penyekat untuk memudahkan penempatan ulang.
36. Tempatkan daerah penerimaan dan pengiriman yang memudahkan setelah perluasan direncanakan.
37. Usahakan meneropong kemajuan teknologi.
38. Perkirakan perubahan produk, jalur produk atau campuran produk.
39. Beli tapak sebelum saat dibutuhkan (yaitu persiapan untuk masa datang dengan perhitungan biaya sekarang dibanding nanti)

B.      ‘PERLUASAN’ DALAM RUANG YANG ADA
1. Peletakan ulang gang.
2. Persempit gang.
3. Kurangi persediaan; barang baru diterima belakangan, produk jadi dikirim lebih awal.
4. Simpan barang di luar; ditudungi, terbuka, atau lainnya.
5. Tumpuk barang lebih tinggi (gunakan ketinggian bangunan)
6. Geser mesin sehingga lebih rapat.
7. Letak-ulang peralatan.
8. Orientasi-ulang peralatan.
9. Kontrakkan kegiatan, fungsi, proses tertentu (atau sewa ruang untuk itu). 
10. Gunakan kerja lembur untuk produksi.
11. Tambahkan giliran-kerja.
12. Pindahkan penyekat untuk menambah ruang dan keluwesan.
13. Tambahkan loteng atau balkon.
14. Buang produk yang penjualannya tidak memungkinkan produksi.
15. Hilangkan proses yang kurang bermanfaat.
16. Uji kemungkinan tata letak produk (atau proses) jika volume memadai.
17. Tingkatkan produktivitas.
18. Gunakan peralatan pemindah untuk gang sempit.
19. Gunakan peti kemas yang dapat dilipat untuk menghemat ruangan antar tiang.
20. Gunakan teknik pemindahan tanpa palet untuk mengurangi rugi-rugi ruangan karena palet.
21. Gunakan ukuran palet yang membuat pemakaian ruang antar tiang terbaik.
22. Gunakan ruang di bagian atas untuk gudang, ban-pengangkut, dan peralatan lain.
23. Buang peralatan dan barang yang telah rusak.
24. Buatlah dua lantai untuk bagian pelayanan dalam pabrik.
25. Hilangkan tatanan yang bersekat banyak dalam wilayah gudang.
26. Hilangkan ruang gudang yang terpisah.
27. Kurangi ruangan antar palet, peti kemas, rak, dsb.
28. Gunakan ruangan di atas gang, terutama dalam gudag.
29. Rencanakan penempatan barang  di tempat kerja seminimal mungkin.
                                                     [Sumber : Apple, 1990]
11.3 Keluwesan
Erat kaitannya dengan masalah perluasan, adalah kebutuhan keluwesan dalam perencanaan fasilitas yang efisien untuk memberikan kemungkinan pengembangan mendatang. Keluwesan dibutuhkan dengan alasan yang sama dengan yang telah disebutkan dalam bagian perluasan. Dan tuntutan keluwesan di masa datang dapat dipenuhi dengan baik jika dipersiapkan dalam perencanaan yang baik. Perencanaan  dan pembangunan yang diatur dengan keluwesan yang diperhitungkan pada saat ini dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan nanti pada saat penyesuaaian.
Dalam merancang fasilitas, ada sejumlah tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga berbagai tingkat keluwesan yang diinginkan oleh tuntutan masa datang, seperti yang terlihat pada Tabel 11.5.

MERENCANAKAN KELUWESAN

1. Gunakan ukuran peralatan sebesar mungkin.
2. Gunakan peralatan persegi agar memberi pilihan susunan peralatan.
3. Berikan ketinggian ruang kosong (antara langit-langit dan peralatan atau mesin) 4,5 sampi 6 meter untuk produksi; 7,5 sampai 10,5 meter untuk gudang.
4. Berikan ruang untuk balkon/loteng.
5. Pasang utilitas (terutama elektrik dan penyiram) dalam ‘tatanan persegi’. 
6. Berikan pencahayaan merata di seluruh wilayah pabrik.
7. Tempatkan pegangan lampu antara balok lintang (jangan di bawahnya)
8. Tempatkan penyiram  antara atau melewati balok tiang.
9. Tempatkan perangkat pemanas di atas gang agar tidak mengurangi ketinggian penumpukkan pada ruang terbuka.
10. Gunakan sambungan utilitas yang mudah disambung atau jalur utilitas yang mudah dibuka.
11. Gunakan penyekat minimum.
12. Gunakan penyekat yang dapat dipindah.
13. Buat pintu-pintu yang lebar.
14. Rencanakan ruangan tambahan ; 25% untuk pabrik, dan 50% untuk kantor.
15. Berikan penyangga atap dengan tiang, bukan dinding (sehingga  penyekat-dinding dapat dibuang jika diperlukan).
16. Pasang lerengan antara aras tanah dan aras lantai.
17. Berikan ruang untuk loteng atau balkon di masa datang dengan membangun landasan tambahan antar pilar.
18. Rancang kapasitas beban lantai untuk kebutuhan di masa datang.
19. Rancang ruang gudang yang cukup di  antara wilayah kerja.
20. Gunakan peralatan produksi baku.
21. Hindarkan pemakaian peralatan khas.
22. Gunakan peralatan pemindah bahan yang dapat disesuaikan dan luwes.
23. Rencanakan utilitas dan fasilitas pelayanan yang cukup.
24. Gunakan konstruksi bersistem modul.
25. Hindarkan bukaan-atap, lantai panggung, pondasi khusus, dsb.
26. Gunakan pintu yang tinggi dan lebar.
27. Pasang peralatan dengan bubungan pengangkat, atau penyangga-luncur untuk kemudahan penempatan ulang dengan crane atau truk-pengangkat.
28. Gunakan pengganjal mesin ketimbang disangga oleh lantai.

Salah satu faktor penting dalam alokasi wilayah adalah perhitungan yang cermat untuk lokasi dan lebar gang.  Gang terutama digunakan untuk :
1. Perpindahan barang                                    4. Pembuangan sisa dan sekrap
2. Perjalanan pegawai                                    5. Peletakan ulang dan penggantian peralatan
3. Perpindahan produk jadi                            6. Jalan masuk pemadam kebakaran

Gang dapat dikelompokan menjadi :
1. Utama (transportasi)                                   6. Macam-macam
2. Persilangan                                                    - tangga pengangkat
3. Departemental                                               - kompresor udara
4. Pegawai                                                         - panel elektrik
5. Pelayanan, pemeliharaan, dsb.                      - katup penyiram
Gambaran yang sangat baik mengenai pentingnya gang dalam tata letak yang oleh Reibel ditunjukkan sebagai berikut:
1. Ekonomi aliran - Pada kebanyakan pabrik gang membentuk jalan (rute) perpindahan pekerja dan barang.
2. Ekonomi ruang - Gang seringkali mengambil ruangan yang cukup banyak dalam tata letak sehingga rancangan yang cermat dapat memberi pengaruh langsung pada profitabilitas.
3. Urutan perancangan - Gang utama, untuk aliran antar departemen atau ke luar pabrik, harus dirancang pertama kali, kemudian fasilitas pelayanan dapat ditempatkan dan kemudian gang sekunder dapat diletakkan.
4. Ekonomi ruang pabrik besar – Jika bangunan kecil dengan lebar 6 meter mempunyai satu gang dengan lebar 1,5 sampai 1,8 meter, sehingga mengambil 25% sampai 30%  dari ruangan yang tersedia, maka sebuah bangunan dengan lebar 180 meter dapat mempunyai tiga gang utama (tengah dan sisi-sisi, berjarak 90 meter) dengan lebar masing-masing 3 meter, hanya mengambil 5% luas ruangan dengan gang sekunder yang mencapai 10% sampai 12 % untuk gang pada pabrik besar ini.
5. Gang ‘tulang punggung’ – Biasanya terdapat pula sebuah gang utama yang melalui pusat bangunan, lurus jika memungkinkan, bermula dan berakhir di pintu ke luar, atau menghubungkan gerbang luar dan persilangan gang utama (meskipun gang di lantai atas merupakan ujung yang buntu).
6. Gang interior – Sering kali terdapat pula gang yang bercabang, buntu atau sempit.
7. Ruang kerja sebagai gang – Seringkali tempat kerja disekitar mesin cukup untuk perpindahan (perjalanan) pekerja dan bahan.
8. Lebar gang ke (bagian) perbaikan – Kekerapan yang diharapkan untuk perawatan rutin atau perbaikan harus dapat membantu menentukan lebar gang yang diperlukan untuk membawa mesin yang paling besar.
9. Kondisi keselamatan – Hal ini menuntut adanya gang yang bersih setiap saat untuk perpindahan yang cepat bagi pemadam kebakaran dan peralatan pertolongan pertama.
10. Gang yang leluasa – Rancangan umum harus mencoba meneropong jenis-jenis kompromi yang dapat dibuat dengan lebar gang jika kebutuhan ruang yang tak nampak sekarang muncul dikemudian hari.
11. Lebar gang – Pada pabrik besar, gang utama dapat berkisar antara 3,6 meter sampai 6 meter lebarnya. Gang selebar 3 meter biasanya disiapkan bagi dua truk-pengangkat yang berpapasan, ditambah tempat untuk jalan orang. Gang dengan lebar 2,4 meter mungkin akan sesak, terutama jika muatannya mempunyai lebar lebih dari 1 meter. Gang untuk pekerja dan gang interior bisa selebar 75 cm sampai 1 meter, tetapi gerakannya menjadi terbatas. Radius perputaran truk-pengangkat dan ukuran satuan muatan, merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, pelebaran jalan pintas mungkin bisa dilakukan jika kekerapan lintas yang rendah tidak membutuhkan gang dua arah.
12. Lalu lintas antar lantai – Tangga-pengangkat merupakan bentuk khusus dari gang dengan aliran periodik menuntut pencabangan dari gang utama ke atau dari tangga-pengangkat tanpa memotong lalu lintas gang utama.
Gambar 11.2 menunjukan keterkaitan yang dikemukakan di atas, dan Tabel 11.6 menguraiakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan  dalam menentukan lebar gang, lokasi, dan jaraknya. Nampak bahwa lebar dan penempatan gang yang tepat menuntut pengkajianyang lebih cermat. 

FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN MERANCANG GANG

A. Lebar
1. Ukuran produk yang disimpan
2. Peralatan pemindah
3. Keadaan gudang
4. Ongkos lantai pabrik
5. Jenis lalu lintas
6. Kepadatan lalu lintas
7. Arah lalu lintas
8. Keselamatan
9. Kemudahan pencapaian yang diinginkan
10. Ukuran palet
B. Lokasi
1. Jarak dan jalan ke pintu
2. Ukuran lot yang disimpan
3. Lokasi ‘dinding pemadam kebakran’
4. Jarak tiang
5. Letak tempat pelayanan
6. Kapasitas beban lantai
7. Letak tangga-pengangkat dan lerengan
8. Letak rak atau palet
9. Jalan ke tangga pengangkat, wilayah pelayanan, dll.
10. Letak jalan dan rel
C. Lebar dan lokasi
1. Letak peralatan dihubungkan dengan gang
2. Ukuran bangunan
3. Kebutuhan ruangan di masa datang
4. Kebutuhan gang di masa datang
5. Peraturan tentang kebakaran
6. Tercapai oleh peralatan kebakaran
7. Pemakaian gang
8. Kemudahan mencapai peralatan
9. Keluwesan (penataletakan-ulang)
10. Bangun bangunan
D.    Penentuan jarak
1. Ukuran peralatan
2. Ukuran barang : dalam gudang barang jadi
3. Ukuran lot  : dalam gudang barang jadi
4. Ukuran satuan penyimpanan
5. Ukuran bangunan
6. Bangun bangunan
7. Jenis bangunan
8. Rancangan struktural
9. Jenis konstruksi
10. Letak gang
11. Lebar gang
12. Jumlah gang
13. Jenis gang yang dibutuhkan
14. Ukuran palet
15. Jenis dan ukuran rak
16. Kapasitas beban lantai
17. Beban di atas atap dan rusuk
18. Jenis tiang
19. Pembebanan tiang
20. Jumlah lantai 
21. Lokasi fungsi pendukung
22. Keluwesan yang diinginkan
23. Rencana perluasan
24. Letak dinding penahan kebakaran
25. Biaya konstruksi
26. Ketersediaan dana
27. Tata letak
28. Ketentuan-ketentuan bangunan
                                       [Sumber : Apple, 1990]

Jarak antar tiang 
Dalam mengalokasikan ruang dan menempatkan gang, penjarakan tiang atau besarnya pelataran merupakan faktor penting. Kebanyakan bangunan membutuhkan tiang untuk menopang atap atau untuk memperoleh penyangga yang diperlukan peralatan yang dipasang di bagian atas. Pada penataan masa kini ukuran pelataran meningkat dibandingkan dengan yang dibangun dahulu. Dulu rata-rata pabrik mempunyai 150 tiang untuk ruangan seluas 9.000 m2. Sekarang rata-rata itu berkurang sampai sekitar 40 tiang untuk tiap 9.000 m2 dengan menggunakan ukuran pelataran sampai 30 meter dalam satu arah. Beberapa rentangan yang lebar tentu saja akan diperlukan karena sifat produk, tetapi tentu saja akan membutuhkan biaya pekerjaan struktur yang lebih mahal. Pada beberapa pabrik pesawat terbang yang besar, biasanya lebar pelataran ini sampai 90 meter. Umumnya jarak tiang ini dibutuhkan untuk efisiensi maksimum dalam pemindahan bahan, penyusuna peralatan, dan memberikan keluwesan bagi perluasan di masa datang. Pada pabrik-pabrik masa kini, besar pelataran yang umum berkisar antara 9 sampai 15 meter dan beberapa diantaranya sampai 30 meter lebih; yang paling umum adalah 9 kali 15 meter, 12 kali 18 meter, dst. Tentunya jarak harus dihitung oleh perancang bangunan  dengan mempertimbangkan struktur yang ada. Karena sebagian besar bahan/peralatan berbentuk persegi, maka pelataran persegi akan lebih disukai dibanding yang bujur sangkar. Sehingga jika sebuah bahan tidak pas untuk suatu arah, maka  pemutaran 900 mungkin akan lebih pas.
Setiap faktor yang menentukan jarak tiang (seperti pada Tabel 11.6) harus dipertanyakan dulu  sebelum menetapkan ukuran pelataran, agar tidak dibuat secara sembarangan. Untuk gudang misalnya, palet dan rak harus pas dengan jarak antara dua tiang, sehingga tidak ada bagian bangunan gudang yang sia-sia (tidak terisi palet atau rak).

11.4 Prosedur alokasi wilayah
Umumnya prosedur pengalokasian wilayah terdiri dari pembentukan templet ruang bagi tiap kegiatan untuk menggambarkan kebutuhan ruang secara kasar. Templet ini kemudia disusun sesuai dengan keterkaitan yang tepat satu sama lain – biasanya ke dalam bangun persegi – sejalan dengan kebutuhan dan batasan  yang ditunjukkan oleh Diagram Keterkaitan Kegiatan (Activity Relationship Diagram) dan beberapa faktor di atas. Inilah langkah terakhir dari perencanaan awal untuk perencanaan terinci dari data-data pemindahan bahan, stasiun kerja mandiri, dan tata letak akhir. Dasar bagi proses alokasi adalah :
1. Aliran produksi ; (a) bahan, (b) peralatan
2. Peta Keterkaitan Kegiatan : (a) aliran informasi, (b) aliran pekerja, (c) keterkaitan fisik
3. Kebutuhan ruang
4. Diagram Keterkaitan Kegiatan
Dalam melaksanakan proses alokasi wilayah, berikut ini beberapa kriteria yang harus diingat, yaitu :
1. Keterkaitan antar kegiatan yang terencana.
2. Pemanfaatan ruang yang ekonomis.
3. Kemudahan perluasan.
4. Potensi bagi perluasan ke atas.
5. Peluang bagi penambahan loteng, balkon, dst.
6. Keluwesan potensial.
7. Dasar-dasar yang pantas bagi perencanaan masa datang.
8. Penggabungan yang baik dengan fasilitas transportasi luar.
9. Penggambaran struktur bangunan yang wajar.
10. Susunan gang yang logis.
11. Orientasi dan hubungan dengan gambaran tapak yang tepat.
12. Kegiatan dengan tuntutan khusus ditempatkan dengan tepat.
13. Kemudahan penyeliaan.
14. Kemudahan pengendalian produksi.
15. Dilengkapi dengan syarat kesehatan dan keselamatan.
16. Penentuan jarak tiang yang wajar.
17. Mematuhi syarat bangunan dan ketentuan kewilayahan.
18. Luas yang memadai bagi tiap fungsi.
Proses pengalokasian wilayah yang sebenarnya dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Isilah lembaran kerja kebutuhan ruangan total  (lihat Tabel 7.17) seperti berikut :
a. Masukan kegiatan pada kolom kiri.
b. Masukan kebutuhan ruangan pada masing-masing kegiatan.
c. Tetapkan ukuran modul/blok bagi tiap kegiatan, berdasarkan jarak tiang dan ukuran pelataran – atau pembagian yang logis dan yang mudah dari ukuran peralatan (misalnya 6 m x 6 m, 9 m x 9 m, 15 m x 15 m) dan masukan pada bagian atas dari kolom ukuran modul. Modul/blok berbentuk bujur sangkar yang disarankan pada tahap perencanaan ini, nantinya dapat diubah ke dalam bentuk persegi panjang.
d. Ubahlah tiap luas kegiatan menjadi : (1) sejumlah modul, (2) ukuran luas templet.

Contoh untuk kasus Powram, dengan mengambil ukuran modul/blok 6 meter x 6 meter, ukuran templet adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan dan pengiriman, 6 m x 12 m.
2) Ruang persediaan, 6 m x 21 m.
3) Rak dan ruang perkakas, 6 m x 7,5 m.
4) Perawatan, 6 m x 7,5 m.
5) Produksi, 18 m x 32,4 m.
6) WC, dsb., 6 m x 7,5 m.
7) Kantin, 6 m x 15 m.
8) Kantor umum, 6 m x 12 m.
Jika pengambilan ukuran modul terlalu besar maka tidak akan ada tempat yang cukup luas untuk menyusun modul/blok itu ke dalam gambaran yang baik, dan jika terlalu kecil akan terlalu banyak untuk diatur dengan mudah.
2. Tandai templet wilayah (dengan skala) pada lembaran templet kosong. atau kertas berkotak-kotak seperti yang ditunjukan  pada Gambar 11.3
3. Potong templet wilayah.
4. Susun templet wilayah sehingga cocok dengan Diagram Keterkaitan Kegiatan sedekat mungkin. 
Prosedur ini mungkin membutuhkan beberapa kompromi dari perubahan dalam bangun wilayah atau ukurannya, dan mugkin tidak dapat memenuhi sepenuhnya prioritas Peta Keterkaitan Kegiatan. Biasanya hanya dapat memenuhi prioritas A saja dan beberapa E sampai tingkat tertentu. Keterkaitan I dan O biasanya mengalah  pada A dan E, atau pada alasan yang berorientasi pada perasaan.. Susunan yang memungkinkan dari Diagram Alokasi Wilayah (untuk contoh Powram)
5. Sesuaiakan Diagram Alokasi Wilayah awal untuk memenuhi  kriteria lain.
Diagram pendahuluan/awal ini mungkin mengandung beberapa kekosongan, dan juga mungkin menghasilkan beberapa bangunan yang ganjil. Juga mungkin saja dituntut  penyesuaian diagram untuk mengubahnya dari ukuran modul yang digunakan dalam perencanaan, ke dalam ukuran kerangka yang dibutuhkan dalam tata letak nyata.
6. Gambarkan Diagram Alokasi Wilayah akhir dengan skala, sesuaikan dan bulatkan menurut kebutuhan.
Kekosongan di antara templet wilayah sekarang harus dievaluasi dan dihilangkan dengan menggunakan pengangkatan templet atau memisahkannya pada tempat-tempat yang bersebelahan. Hal ini sering kali terjadi dalam pemberian sebuah kegiatan lebih luas dari yang direncanakan semula,  hal ini akan lebih baik dibandingkan jika diberikan lebih kecil dari yang direncanakan semula. 
Penyesuaianini biasanya dapat dibuat tanpa banyak kesulitan, dan perubahan terinci dapat dilakukan pada proses tata letak akhir.
7. Gambarkan pola aliran bahan
Hal ini harus didasarkan pada Peta Rakitan, Peta Proses Operasi, atau gambaran pola aliran yang lain. Diagram Alokasi Wilayah akhir dapat terlihat seperti pada Gambar 11.5.
Teknik yang serupa untuk dipergunakan pada alokasi  ruangan adalah templet satuan luas, dikembangkan oleh Richard Muther. Konsep templet satuan luas serupa dengan templet blok/modul, kecuali bahwa blok-blok ini dipecah menjadi sejumlah satuan (daerah-daerah satuan). Blok yang berukuran 6 m x 6 m mungkin menjadi sejumlah blok persegi atau bujur sangkar yang lebih kecil ukurannya

Misalnya : 1 templet blok ukuran 6 m x 6 m : luasnya 36 m2
  4 templet satuan luas ukuran 3 m x 3 m : luasnya 36 m2
16 templet satuan luas ukuran 1,5 m x 1,5 m : luasnya 36m2 

Keuntungan yang menonjol dari templet wilayah satuan luas ini, memberi kemungkinan derajat kebebasan dan tingkat keluwesan yang tinggi dalam penyesuaian berbagai wilayah ke dalam bentuk ruangan yang tersedia atau yang diinginkan.

11.5 Rencana Plot
Salah satu kaitan yang terpenting  dalam proses perancangan fasilitas adalah keterkaitan antara aliran luar dan aliran dalam. Hubungan ini digambarkan dalam Rencana Plot, yaitu sebuah gambaran atau sketsa yang menunjukan gambaran fisik sebuah tempat berikut barang-barang serta kegiatan-kegiatannya (bangunan, jalan, dsb.) yang berada pada tempat itu. Tujuan Rencana Plot adalah :
1. Untuk pemanfaatan lahan sebaik mungkin.
2. Menempatkan bangunan dsb, pada lahan dengan posisi seefektif mungkin.
3. Untuk merencanakan kebutuhan perluasan di masa datang.
4. Untuk mengaitkan aliran bahan di dalam dengan aliran bahan di luar.
5. Untuk menjaga orientasi yang tepat dari bangunan dalam kaitannya dengan unsur-unsur alam (hujan, angin, cahaya, dsb.) dan karenanya memberi dasar pada susunan fungsi di dalam yang dapat dipengaruhi oleh orientasi seperti itu.
6. Menjaga alokasi yang seimbang dari ruangan yang tersedia untuk fungsi dan kegiatan yang dibutuhkan.
7. Untuk membantu perencanaan penampilan yang menarik dan susunan tatanan yang diusulkan pada lahan yang tersedia..
8. Untuk memperoleh langkah awal bagi arsitek dan pembangun dalam pekerjaannya pada fasilitas.
Faktor-faktor sebagai bahan pertimbangan dalam merancang Rencana Plot dapat dilihat pada Tabel 11.7.

FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM MERANCANG RENCANA PLOT

A. Memperhatikan lahan
1. Ukuran, bentuk (pabrik dan tapak)
2. Lokasi lahan
3. Gambaran topografis
4. Ketinggian permukaan
5. Orientasi tapak
6. Fasilitas transportasi
a. Ketersediaan
b. Yang dibutuhkan; sekarang atau nanti
7. Lokasi utilitas
8. Ketersediaan (sekarang atau nanti)
9. Biaya (sekarang atau nanti)
10. Faktor geologis
11. Kemungkinan polusi
12. Kendala hukum
13. Segi keindahan
14. Tatanan dan bangunan-bangunan yang berdekatan
B. Kaitan dengan Diagram Alokasi Wilayah – jaga sebaik mungkin
C. Kaitan antara pola aliran bahan dan pemindahan barang dalam dan luar
D. Perluasan
1. Pilih lokasi yang terhindar dari halangan alami terhadap perluasan seperti; rel kereta api, sungai, bukit, jalan raya, bangunan, topografi, dll.
2. Arah dan prioritas rencana, menurut kegiatan.
3. Beli tanah yang cukup, sebaiknya 3 sampai 10 kali total yang dibutuhkan sekarang, agar memungkinkan pertumbuhan yang tepat, untuk sampai 10 tahun
4. Letakkan bangunan di atas tapak pada posisi yang tepat untuk perluasan, secara bertahap.
5. Rencanakan tambahan parkir
E. Kordinasi penentuan wilayah
F. Ketentuan-ketentuan bangunan, dsb.
G. Perhatikan bangunannya sendiri
1. Jenis
2. Ukuran
3. Bangunan
4. Konstruksi
5. Kendala
6. Orientasi di atas tapak
7. Jumlah lantai 
8. Perluasan
9. Lokasi di atas tapak
10. Beban lantai
H. Ketentuan-ketentuan dari jawatan tertentu
I. Kebutuhan parkir

Tabel 11.7 : Faktor-faktor pertimbangan merancang rencana plot
                                         [Sumber : Apple, 1990]


Pembentukan RencanaPlot
Rencana plot biasanya dibuat pada kertas kalkir atau media lain yang sesuai bagi pembuatan cetakan untuk beberapa orang yang membutuhkan, misalnya arsitek, pembangun, kontraktor utama, kontraktor-bawah, dan perancang tata letak. Dalam membuat Rencana Plot, masukkan gambaran-gambaran seperti :
1. Lokasi bangunan pada tapak, sejalan dengan ketentuan-ketentuan pewilayahan daerah.
2. Fasilitas luar lainya-misalnya tudung (kanopi), tanki dsb.
3. Jalan dan belokan; jalan masuk, interior.
4. Fasilitas ternsportasi lain; jalan kereta api, jalan-air (sungai).
5. Jalan masuk dan pelataran truk. 
6. Jalan samping untuk pejalan kaki (trotoar).
7. Keadaan fisik alam; misalnya selokan, dsb.
8. Pertamanan, jalur hijau, tempat rekreasi.
9. Pagar, gerbang.
10. Pelataran parkir ; (a) pegawai kantor, tamu, pegawai pabrik, (b) ukuran 27 m2/mobil, 1 mobil/1,5 pegawai.
11. Lokasi penerimaan dan pengiriman; hubungannya dengan jalan, parkir, jalan kereta-api dll.
12. Perluasan : (a) luas : pabrik – tambahan pertama, kedua, dan ketiga dan parkir, (b) ukuran, (c) Bangun, (d) lokasi, (e) urutan logis, (f) arah logis.

Dalam merancang Rencana Plot :
1. Ketahui ukuran dan keadaan lahan (atau dapatkan gambarnya).
2. Buatlah sketsa keseluruhan dari bentuk bagunan, ukuran plot, dsb.
3. Buatlah sketsa jalan, gerbang, dsb. (jalan 18 meter dan  trotoar 3,6 meter/jalur).
4. Buatlah sketsa untuk keadaan lainnya dari lahan seperti yang disebutkan diatas.
5. Siapkan Rencana Plot akhir. 
6. Tinjau kembali dan dapatkan persetujuan.

Dalam mengembangkan Rencana Plot, ada tiga alternatif yang dihadapi perancang, yaitu :
1. Ideal – Pilih tapak potensial bagi pabrik baru yang diusulkan.
2. Praktis – Gunakan tapak (atau lokasi) yang ada dan rancang-ulang fasilitas untuk memperoleh aliran optimum dalm tatanan yang telah ada.
3. Jangka panjang – Rancang tata letak optimum untuk tapak yag telah ada (atau baru) dan rencanakan untuk melaksanakannya secara bertahap sepanjang periode 5 sampai 10 tahun.
Sehubungan dengan alternatif 3 di atas, mungkin saja ditemukan pra-perencanaan seperti itu dapat menghemat waktu dan uang dibanding jika merencanakan dan melaksanakannya sepotong-sepotong selama bertahun-tahun.



BERIKAN KOMENTAR ()
 
wisata tradisi game kuliner
close