PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KUALITAS PRODUK UKM TEMPE DI KABUPATEN GARUT
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Mata Kuliah Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk UKM Tempe di Kabupaten Garut
Laporan ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari pembuatan laporan ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk UKM Tempe di Kabupaten Garut ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak di berbagai bidang. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah yang potensial dikembangkan di Kabupaten Garut adalah Industri pangan. Contohnya adalah Industri pembuatan kerupuk kulit, industri makanan dodol dan contoh lainnya adalah industri tempe. Meskipun tidak menjadi ciri khas dari kota Garut, namun industri ini dirintis dari usaha skala rumah tangga dan omzet penjualan lumayan besar, seiring dengan waktu UKM ini menjadi usaha yang semakin berkembang dengan pendapatan penjualan yang tinggi karena memiliki ciri khas produk dan konsumen yang tetap.
Dalam perkembangannya UKM Tempe ini masih mengalami banyak permasalahan. Salah satu permasalahan tersebut diantaranya terkait dengan aspek lingkungan kerja yang meliputi kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan produksi, dan kebersihan karyawan dalam proses produksinya yang berdampak pada kualitas produk tempe tersebut. Kondisi pada ruang produksi UKM tersebut, penerangan agak redup dan suhu agak panas sehingga mengganggu kenyamanan karyawan dalam bekerja. Selain itu, karyawan yang bekerja masih kurang pemahamannya tentang cara berproduksi yang baik karena masih ada karyawan yang sering memegang benda lain yang tidak dipergunakan dalam bekerja, serta sering memegang bagian tubuh yang lain, seperti rambut, hidung, dan mengusap keringat dengan tangannya
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemennya. Meskipun lingkungan kerja tidak secara langsung terlibat dalam pelaksanaan proses roduksi di suatu perusahaan, namun baik/buruknya lingkungan kerja suatu perusahaan boleh jadi mempengaruhi para karyawan dalam melakukan proses produksi tersebut.
Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan masalah dari Laporan Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk UKM Tempe di Kabupaten Garut:
1. Apa objek dari penelitian ini?
2. Apa tujuan dari penelitian ini?
3. Bagaimana proses dan evaluasi yang dilakukan?
4. Bagaimana hasil analisa yang didapat dari penelitian ini?
Batasan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini selain sebagai pemenuhan tugas yang dianjurkan, juga bertujuan untuk mengetahui dan dapat menganalisa tentang lingkungan kerja khususnya pengaruh lingkungan kerja terhadap proses produksi dan hasil produk tersebut
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap proses produksi dan hasil produk UKM Tempe.
Tempat Penelitian
UKM Tempe Tiga Putri merupakan salah satu UKM pembuatan tempe yang berada di Kp. Panawuan Rt 08 Rw 04 Kabupaten Garut. UKM ini memiliki karyawan tetap sebanyak 6 orang yang terdiri dari 4 orang bagian pencetakan dan 2 orang bagian pembersihan kedelai.
BAB IITINJAUAN PUSTAKALandasan TeoriMenurut Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok Kondisi Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia, serta mudah dibersihkan dan disanitasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2002). 1. Ruang Produksi a. Desain dan Tata Letak Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan. b. Lantai 1) Lantai seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan, dan dibuat miring untuk memudahkan aliran air. 2) Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya c. Dinding 1) Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah dibersihkan. 2) Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya. d. Langit-langit 1) Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi serta terbuat dari bahan tahan lama, dan mudah dibersihkan. 2) Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labalaba dan kotoran lainnya. e. Pintu, Jendela dan Lubang Angin 1) Pintu dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. 2) Pintu, jendela dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan perawatan dan pembersihan. 3) Pintu seharusnya didesain membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran lain tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruang pengolahan. 4) Pintu seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup. 5) Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi. 6) Lubang angin selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba. f. Pencahayaan 1) Cukup terang. 2) Lampu harus dibersihkan secara teratur. 3) Lampu diberi penutup sehingga apabila pecah tidak akan mengkontaminasi pangan. g. Kelengkapan Ruang Produksi 1) Ruang produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti. 2) Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya. 3) Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK). h. Tempat Penyimpanan 1) Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) seharusnya terpisah dengan produk akhir. 2) Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas, dan oil. 3) Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara. Peralatan Produksi Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya di desain, dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan (Cheng, dkk, 2016). 1. Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. 2. Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas, dan tidak menyerap air. 3. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan. 4. Semua peralatan seharusnya dipelihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih. Hal-hal yang perlu dilakukan pada sanitasi peralatan, yaitu : a. Pencucian peralatan dengan benar. b. Menghilangkan sisa makanan atau kotoran yang menempel pada permukaan peralatan. c. Mengguyur dan menggosok kotoran dengan air d. Mencuci dengan sabun atau deterjen e. Mencuci dengan air yang mengalir hingga sisa deterjen hilang f. Membedakan sabun dan sabut untuk mencuci peralatan persiapan dan peralatan masak dengan peralatan makan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran g. Pengeringan peralatan setelah pencucian dengan meletakkan pada rak-rak yang bersih. Sebisa mungkin hindari pengeringan peralatan dengan menggunakan serbet. Bila terpaksa digunakan serbet harus sekali pakai. Hygiene Karyawan Karyawan yang menangani makanan dalam suatu industry pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting karena kandungan mikroba pathogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan (Dwiari, dkk, 2008). Manusia yang sehat saja mampu membawa mikroba-mikroba seperti Eschericia coli, Staphlococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens dan Streptokoki ( Enterokoki) dari kotoran. Streptokoki umumnya terdapat dalam kulit, hidung, mulut, dan tenggorokan, serta dapat mudah dipindahkan ke dalam makanan (Dwiari, dkk, 2008). Menurut Purwiyatno & Ratih (2009), jenis-jenis bahaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bahaya biologis, bahaya kimiawi, dan bahaya fisik.
Menurut Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok
Kondisi Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia, serta mudah dibersihkan dan disanitasi (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2002).
1. Ruang Produksi
a. Desain dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan.
b. Lantai
1) Lantai seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan, dan dibuat miring untuk memudahkan aliran air.
2) Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya
c. Dinding
1) Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
2) Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d. Langit-langit
1) Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi serta terbuat dari bahan tahan lama, dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labalaba dan kotoran lainnya.
e. Pintu, Jendela dan Lubang Angin
1) Pintu dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Pintu, jendela dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan perawatan dan pembersihan.
3) Pintu seharusnya didesain membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran lain tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruang pengolahan.
4) Pintu seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.
5) Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi.
6) Lubang angin selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.
f. Pencahayaan
1) Cukup terang.
2) Lampu harus dibersihkan secara teratur.
3) Lampu diberi penutup sehingga apabila pecah tidak akan mengkontaminasi pangan.
g. Kelengkapan Ruang Produksi
1) Ruang produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.
2) Di ruang produksi seharusnya ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
3) Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
h. Tempat Penyimpanan
1) Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP) seharusnya terpisah dengan produk akhir.
2) Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas, dan oil.
3) Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
Peralatan Produksi
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya di desain, dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan (Cheng, dkk, 2016).
1. Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan.
2. Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas, dan tidak menyerap air.
3. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan.
4. Semua peralatan seharusnya dipelihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada sanitasi peralatan, yaitu :
a. Pencucian peralatan dengan benar.
b. Menghilangkan sisa makanan atau kotoran yang menempel pada permukaan peralatan.
c. Mengguyur dan menggosok kotoran dengan air
d. Mencuci dengan sabun atau deterjen
e. Mencuci dengan air yang mengalir hingga sisa deterjen hilang
f. Membedakan sabun dan sabut untuk mencuci peralatan persiapan dan peralatan masak dengan peralatan makan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran
g. Pengeringan peralatan setelah pencucian dengan meletakkan pada rak-rak yang bersih. Sebisa mungkin hindari pengeringan peralatan dengan menggunakan serbet. Bila terpaksa digunakan serbet harus sekali pakai.
Hygiene Karyawan
Karyawan yang menangani makanan dalam suatu industry pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting karena kandungan mikroba pathogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan (Dwiari, dkk, 2008). Manusia yang sehat saja mampu membawa mikroba-mikroba seperti Eschericia coli, Staphlococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens dan Streptokoki ( Enterokoki) dari kotoran. Streptokoki umumnya terdapat dalam kulit, hidung, mulut, dan tenggorokan, serta dapat mudah dipindahkan ke dalam makanan (Dwiari, dkk, 2008).
Menurut Purwiyatno & Ratih (2009), jenis-jenis bahaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bahaya biologis, bahaya kimiawi, dan bahaya fisik.
Tabel 1. Jenis-jenis bahaya
Keterangan:
r: Nilai koefisien korelasi
∑X: Jumlah pengamatan variabel
X ∑Y: Jumlah pengamatan variabel
Y ∑XY: Jumlah hasil perkalian variabel
X dan Y (∑X2): Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel
X (∑X)2: Jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel
X (∑Y2): Jumlah kuadrat dari pengamatan variabel
Y (∑X)2: Jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel
Y n: Jumlah pasangan pengamatan Y dan X
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi UKM Tempe di GarutBerikut adalah salah satu contoh kondisi bangunan dan fasilitas UKM Tempe di Kabupaten Garut dapat dilihat dari gambar dan dari Hasil kuesioner yang dapat pada tabel berikut ini :
Berikut adalah salah satu contoh kondisi bangunan dan fasilitas UKM Tempe di Kabupaten Garut dapat dilihat dari gambar dan dari Hasil kuesioner yang dapat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Kondisi bangunan dan fasilitas UKM tempe
No | Kondisi Bangunan | Frekuensi | Persentasi (%) | ||||||||
4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | 4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | ||
1 | Suhu ruangan | - | 2 | 4 | - | 6 | - | 33 | 67 | - | 100 |
2 | Pencahayaan | - | - | 3 | 3 | 6 | - | - | 50 | 50 | 100 |
3 | Sirkulasi Udara (Ventilasi) | - | 2 | 4 | - | 6 | - | 33 | 67 | - | 100 |
4 | Sarana toilet/cuci tangan | - | 2 | 4 | - | 6 | - | 67 | 33 | - | 100 |
5 | Sarana air bersih | 1 | 4 | 1 | - | 6 | 17 | 66 | 17 | - | 100 |
Keterangan: 4 = Sangat baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang
Tabel 3. Perbandingan antara pedoman produksi untuk bangunan dan fasilitas menurut GMP dengan kondisi bangunan UKM tempe
Bagunan dan Fasilitas | Syarat Menurut GMP | Keadaan di UKM |
Lantai | Beton, ubin, bata tahan asam, tidak licin dan mudah dibersihkan, tidak menyebabkan adanya genangan air | Ubin, dan mudah dibersihkan. |
Langit-langit | Tinggi minimum 3 m, tidak tembus uap air, licin dan mudah dibersihkan. | Tidak tembus uap air dan tinggi ± 3 m |
Dinding | Licin, datar, non absorben, non toksik, mudah dibersihkan. | Datar dan mudah dibersihkan |
Ventilasi | Nyaman, sirkulasi udara bagi pengelolaan makanan cukup serta bebas asap dan polusi lainnya. Diberi kawat kasa agar tidak menjadi tempat berkembiaknya hama, tikus kecoa, lalat. Mampu menghilangkan bau, gas, asap dan uap. | Kurang nyaman, sirkulasi udara kurang |
Pencahayaan | Cukup terang, lampu harus dibersihkan secara teratur dan diberi penutup sehingga apabila pecah tidak akan mengkotaminasi pangan. | Kurang terang, lampu jarang dibersihkan dan tidak ada penutup. |
Tempat cuci bahan pangan | Dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan. Suplai air bersih harus cukup | Tempat cuci bahan bersatu dengan tempat cuci piring dan tersedia air bersih. |
Tempat sampah | Tempat sampah tersedia dalam jumlah yang cukup dan letaknya cukup strategis serta jauh dari tempat mengolah pangan. | Tersedia, namun jumlahnya sedikit |
Tempat cuci tangan dan toilet | Harus disediakan | Tidak ada, hanya toilet |
Hasil kuesioner untuk peralatan produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Peralatan produksi UKM tempe
No | Kondisi Bangunan | Frekuensi | Persentasi (%) | ||||||||
4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | 4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | ||
1 | Pembersihan peralatan | 2 | 4 | - | - | 6 | 33 | 67 | - | - | 100 |
2 | Tempat penirisan | 3 | 3 | - | - | 6 | 50 | 50 | - | - | 100 |
3 | Bahan peralatan | 3 | 3 | - | - | 6 | 50 | 50 | - | - | 100 |
4 | Tempat penyimpanan | 1 | 4 | 1 | - | 6 | 17 | 66 | 17 | - | 100 |
5 | Penggantian alat rusak | 5 | 1 | - | - | 6 | 83 | 17 | - | - | 100 |
Keterangan : 4 = Sangat baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang
Tabel 5. Perbandingan antara pedoman produksi untuk peralatan produksi menurut GMP dengan kondisi peralatan produksi IKM tempe
Peralatan Produksi | Syarat Minimum GMP | Keadaan di UKM |
Bahan | Baja tahan karat | Baja tahan karat |
Dinding pemisah | Keras, tidak porous, tahan air, permukaan licin, tahan abrasi, tahan panas, anti hancur dan non toksik. | Keras dan tidak terlalu licin. |
Ban berjalan | Tahan air ( nilon/ stainless steel) | Tidak ada |
Peralatan | Mudah dibongkar dan dibersihkan. | Agak susah dibongkar dan dibersihkan. |
Hygine Karyawan
Hasil kuesioner untuk hygiene karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Hygiene karyawan UKM tempe
No | Hygiene Karyawan | Frekuensi | Persentasi (%) | ||||||||
4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | 4 | 3 | 2 | 1 | Ttl | ||
1 | Berbicara ketika bekerja | 2 | 2 | 2 | - | 6 | 33,3 | 33,3 | 33,3 | - | 100 |
2 | Memakai perhiasan | 1 | 3 | 2 | - | 6 | 17 | 50 | 33 | - | 100 |
3 | Menyentuh bagian tubuh | 2 | 3 | 1 | - | 6 | 33 | 50 | 17 | - | 100 |
4 | Berpindah tempat | 1 | 1 | 2 | 2 | 6 | 17 | 17 | 33 | 33 | 100 |
5 | Mencuci tangan dengan sabun/ pembersih lain | 5 | 1 | - | - | 6 | 83 | 17 | - | - | 100 |
Keterangan : 4 = Sering, 3 = Kadang-kadang, 2 = Jarang, 1 = Tidak pernah
Tabel 7. Perbandingan antara pedoman produksi untuk hygiene karyawan menurut GMP dengan kondisi karyawan UKM
Karyawan | Syarat Menurut GMP | Keadaan di UKM |
Kesehatan | Karyawan yang dalam kondisi menderita sakit tidak boleh bersentuhan langsung pada kegiatan produksi. | Karyawan yang sakit untuk sementara diistirahtkan. |
Kebersihan | Memakai celemek, topi (penutup kepala), masker, dan sepatu. Memperhatikan kebersihan badan, tangan, kuku, rambut dan pakaian. | Tidak memakai celemek, masker, topi (penutup kepala) |
Kebiasaan | Hindari mengobrol selama proses produksi berlangsung. Tidak merokok di ruangan tempat usaha dijalankan. Hindari menggunakan serbet untuk mengelap peralatan yang juga dipakai untuk mengelap tangan. Tidak meniup plastik pembungkus | Sangat sering mengobrol pada saat proses produksi.. Kadang-kadang menggunakan satu serbet untuk keduanya. Terkadang meniup plastic pembungkus |
Data yang disajikan pada tabel dibawah adalah data tentang lingkungan kerja UKM tempe di Kabupaten Garut. Data tersebut selanjutnya diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi tentang lingkungan kerja (X) sebagai mana disajikan dibawah ini.
Tabel 8. Distribusi lingkungan kerja dari tiap responden
Nomor Responden | Lingkungan Kerja | Variabel (X) | ||
Bangunan dan Fasilitas | Peralatan Produksi | Hygine Karyawan | ||
1 | 12 | 17 | 16 | 45 |
2 | 13 | 18 | 17 | 48 |
3 | 10 | 14 | 17 | 41 |
4 | 11 | 17 | 12 | 40 |
Tabel 8. lanjutan
5 | 10 | 18 | 15 | 43 |
6 | 10 | 19 | 13 | 42 |
Jumlah | 66 | 103 | 90 | 259 |
Tabel 9. Distribusi frekuensi kualitas produk tempe
Nilai Kelas Interval | Frekuensi | Persentase (%) |
5 – 6 | 35 | 17,5 |
7 – 8 | 53 | 26,5 |
9 – 10 | 50 | 25 |
11 – 12 | 43 | 21,5 |
13 – 14 | 11 | 5,5 |
15 – 16 | 8 | 4 |
BAB VKESIMPULANBerdasarkan hasil dari pembahasan pengaruh lingkungan kerja terhadap kualitas produk Tempe yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Lingkungan kerja UKM Tempe yang terdiri dari kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan produksi, dan hygiene karyawan belum seluruhnya mengikuti standar GMP ( Good Manufacturing Practices). 2. Dari hasil perhitungan derajat pengaruh variabel X (lingkungan kerja) terhadap variabel Y (kualitas produk) diperoleh nilai r = 0,23, sehingga dapat dikatakan lingkungan kerja memiliki hubungan korelasi positif lemah. Koefisien determinasi (r2) = 0,05, dan uji signifikasi koefisien korelasi (t) = 0,47, karena nilai uji signifikasi (t) tidak sama dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja mempunyai hubungan erat dalam kualitas produk UKM produk tempe.
Berdasarkan hasil dari pembahasan pengaruh lingkungan kerja terhadap kualitas produk Tempe yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Lingkungan kerja UKM Tempe yang terdiri dari kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan produksi, dan hygiene karyawan belum seluruhnya mengikuti standar GMP ( Good Manufacturing Practices).
2. Dari hasil perhitungan derajat pengaruh variabel X (lingkungan kerja) terhadap variabel Y (kualitas produk) diperoleh nilai r = 0,23, sehingga dapat dikatakan lingkungan kerja memiliki hubungan korelasi positif lemah. Koefisien determinasi (r2) = 0,05, dan uji signifikasi koefisien korelasi (t) = 0,47, karena nilai uji signifikasi (t) tidak sama dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja mempunyai hubungan erat dalam kualitas produk UKM produk tempe.