BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, program pembelajaran seakan-akan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat ketika proses pem-belajaran berlangsung, suasana kelas nampak tegang dan membosankan. Guru sibuk menyampaikan materi tanpa mau tau tentang siswanya faham atau tidak. “Paham tidak paham asal materi habis, dan urusan menjadi beres”. Kebanyakan guru dalam mendidik selalu monoton/ tidak melakukan variasi-variasi. Banyak guru-guru yang GATEK (Gagap Teknologi) sehingga kurang mampu menggunakan media dalam proses pembelajaran. Banyak juga diantara guru-guru yang mendidik dengan emosi ketika siswa sulit mengerti materi yang disampaikan dan atau ketika siswa berbuat kesalahan. Guru juga kurang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajarnya. Masih banyak lagi hal-hal lain yang Nampak diabaikan oleh para guru yang juga ikut mempengaruhi upaya pencapaian keefektifan pembelajaran.
Jika kita amati, mayoritas anak-anak zaman sekarang tidak di didik untuk banyak menggunakan otaknya. Kebanyakan proses pembelajaran melibatkan kegiatan menghafalkan tanpa berfikir. Selain itu, di dalam penilaian terdapat penekanan pada ujian menilai hafalan, dari tingkat prasekolah sampai universitas. Hasilnya adalah para siswa dewasa ini tidak mampu berfikir sendiri, tidak mampu berbuat, dan tidak mampu memecahkan masalah-masalah. Dalam hal ini (1) Guru mendidik hanya menggunakan metode ceramah melulu (tidak ada variasi metode); (2) tidak ada variasi bentuk soal/test; (3) penanaman pengetahuan yang mayoritas bersifat hafalan; (4) suasana kelas yang aktif-negatif (seperti misalnya aktif mendengarkan, aktif mencatat) namun tidak aktif-positif (seperti misalkan aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif melakukan percobaan, dll).
Oleh karena itu, untuk membantu siswa menumbuh-kembangkan aspek-aspek dirinya, maka perlu dikembangkan pembelajaran yang tidak hanya menekankan aspek ingatan, hafalan (berbasis materi), namun sampai pada aspek penalaran dan kemampuan menggunakan keterampilan secara baik serta sifat berfikir yang aktif-positif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tujuan pembelajaran?
2. Bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana aspek tujuan pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tujuan pembelajaran
2. Untuk mengetahui cara merumuskan tujuan pembelajaran
3. Untuk mengetahui aspek tujuan pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup beberapa yang terkait diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan tentang tujuan pembelajaran matematika.
2. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang tujuan pembelajaran matematika, serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tujuan Pembelajaran Matematika
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
2. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
4. Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Guru harus mengetahui tujuan pembelajarannya agar dapat melakukan pemilihan materi, metode, dan media. Tujuan itu akan mengarahkan guru dalam memilih materi, metode, dan media dan urutan kegiatan pembelajaran.
Mengetahui tujuan pembelajarannya sendiri juga menjadikan guru memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga tujuan itu dapat dicapai. Sebagai misal, jika tujuan dari satu RPP Matematika adalah “Dapat menghitung luas dari suatu bangun datar,” maka lingkungan belajar itu meliputi luas dan bangun datar.
Alasan penting lain untuk menyatakan rumusan tujuan adalah membantu menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak akan tahu apakah siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran sebagai kontrak antara guru dan siswa.
Tanpa tujuan pembelajaran yang eksplisit, siswa tidak akan tahu apa yang diharapkan dari mereka. Apabila tujuan dinyatakan dengan jelas dan spesifik, pembelajaran dan pengajaran menjadi berorientasi pada tujuan. Sesungguhnya, pernyataan tujuan dapat dipandang sebagai suatu kontrak antara guru dan siswa. Inilah tujuan pembelajarannya. Tugas saya sebagai guru adalah menyediakan aktivitas pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan itu. Tanggung jawab kamu sebagai siswa adalah berpartisipasi dengan sungguh-sungguh dalam aktivitas pembelajaran itu.”
Tanpa tujuan pembelajaran yang eksplisit, siswa tidak akan tahu apa yang diharapkan dari mereka. Apabila tujuan dinyatakan dengan jelas dan spesifik, pembelajaran dan pengajaran menjadi berorientasi pada tujuan. Sesungguhnya, pernyataan tujuan dapat dipandang sebagai suatu kontrak antara guru dan siswa. Inilah tujuan pembelajarannya. Tugas saya sebagai guru adalah menyediakan aktivitas pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan itu. Tanggung jawab kamu sebagai siswa adalah berpartisipasi dengan sungguh-sungguh dalam aktivitas pembelajaran itu.”
B. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu.
W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan
2. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
Rumusan tujuan merupakan pernyataan tentang hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Lebih tepatnya, kemampuan baru apa yang seharusnya dikuasai siswa pada akhir pelajaran. Rumusan tujuan bukan merupakan pernyataan tentang apa yang direncanakan guru untuk dilaksanakan dalam pembelajaran tetapi tentang apa yang seharusnya siswa peroleh dari suatu pelajaran.
Menurut Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
Format ABCD Tujuan Pembelajaran
Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (pelajar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai), dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
1. Audience
· Premis utama pengajaran sistematik adalah fokus pada apa yang dilakukan siswa, bukan apa yang dilakukan guru.
· Pembelajaran paling mungkin terjadi bila siswa aktif, baik secara mental memproses ide-ide atau secara fisik berlatih keterampilan.
· Karena tercapainya tujuan bergantung kepada apa yang dilakukan siswa, maka tujuan pembelajaran mulai dengan menyatakan kemampuan siapa yang akan berubah, sebagai misal, “siswa kelas-sembilan” atau “peserta workshop pembelajaran inovatif.”
2. Behavior
· Inti tujuan pembelajaran adalah kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang akan dimiliki audience setelah pengajaran.
· Kata kerja dapat paling jelas mengarahkan perhatian guru jika kata kerja itu dinyatakan sebagai perilaku yang dapat diamati.
· Kata-kata yang lebih baik menyatakan kinerja yang dapat diamati meliputi mendefinisikan, mengkategorikan, dan mendemonstrasikan.
· Behavior atau kinerja yang dinyatakan dalam tujuan seharusnya mencerminkan kemampuan dunia-nyata yang dibutuhkan oleh siswa, bukan kemampuan artifisial atau tidak nyata/buatan semata-mata untuk berhasil dalam tes.
3. Condition
· Pernyataan tujuan seharusnya memasukkan kondisi-kondisi saat siswa melakukan kinerja yang dievaluasi. Sebagai misal, apakah siswa diijinkan untuk menggunakan catatan atau membuka buku saat mengidentifikasi variabel dalam sebuah hipotesis.
· Jika tujuan dari pelajaran tertentu adalah agar siswa dapat mengidentifikasi burung-burung, apakah identifikasi dilakukan dari sejumlah transparansi berwarna atau sejumlah foto hitam putih? Jadi sebuah tujuan dapat dinyatakan, “Diberikan sejumlah transparansi berwarna, siswa dapat mengidentifikasi burung-burung itu.” Atau contoh lain, “Tanpa membuka buku, siswa dapat menyebutkan Hukum Ohm.”
4. Degree
· Persyaratan terakhir tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan baik adalah rumusan itu menunjukkan standar, atau kriteria, yaitu kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. Misalnya tingkat kecermatan atau ketuntasan seperti apa yang harus diperagakan siswa?
· Apakah kriteria itu dinyatakan dalam istilah kualitatif atau kuantitatif, kriteria itu seharusnya didasarkan pada persyaratan dunia nyata. Sebagai misal, “Siswa dapat meloncat melewati mistar setinggi 175 cm.” atau “Siswa dapat merencanakan eksperimen untuk menguji sebuah hipotesis sesuai rincian tugas kinerja yang ditentukan.”
C. Aspek Tujuan Pembelajaran
Tujuan mempunyai jenjang dari yang luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan diatasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan diatasnya tidak tercapai pula. Hal ini disebabkan karena tujuan berikutnya merupakan turunan dari tujuan sebelumnya.
Oleh karena itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan yang paling utama, yang harus dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah. Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapaiannya. Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau kawasan, yaitu:
1. Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup:
· Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari.
· Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan menangkap makna atau arti arti suatu hal.
· Penerapan (application) adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata.
· Analisis (analysis) adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami.
· Memadukan (synthesis) adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti.
· Penilaian (penilaian) adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria tertentu.
2. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan
3. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus, terdapat beberapa kata operasional yang dapat dipilih sesuai kebutuhan seperti:
1. Aspek kognitif meliputi: menyebutkan, mengidentifikasi, men-definisikan, menjelaskan, merangkum, menyadur, menyimpulkan, menghitung, menghubungkan, melengkapi, menjodohkan, membagi, mengkategorikan, membedakan.
2. Aspek afektif meliputi: menanyakan, memilih, menyatakan, menempatkan, membantu, menolong, menyesuaikan diri, menyatakan pendapat, memilih, membenarkan, menolak, mengajak, menyatakan.
3. Aspek psikomotor meliputi: mempraktekkan, memainkan, me-ngerjakan, membuat, memasang, membongkar, mengoperasikan, membangun, memperbaiki, melaksanakan, menyusun, menggunakan.
Perumusan tujuan pembelajaran khusus yang bermacam-macam akan menghasilkan perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses pembelajaran bervariasi pula. Perilaku mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan tujuan pembelajaran khusus yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan. Bila perilaku yang guru hendak capai adalah agar anak dapat membaca, maka perumusan tujuan pembelajaran khususnya harus mendukung tercapainya keterampilan menulis. Baik keterampilan membaca maupun menulis adalah perilaku (behavior) yang hendak dihasilkan dari kegiatan pembelajaran. Bila kedua keterampilan tersebut dikuasai oleh anak, maka guru dikatakan berhasil dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tentu saja keberhasilan itu diketahui setelah dilakukan test formatif di akhir pembelajaran.
Dalam penyusunan tujuan pembelajaran khusus, perlu mem-pertimbangkan hal-hal:
· Kemampuan dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa.
· Bagaimana cara mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus.
· Apakah perlu menekankan aspek-aspek tertentu atau tidak.
· Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
· Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
3. Manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
4. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu:
a. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan
b. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitik beratkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitik beratkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
5. Teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (pelajar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai), dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
6. Aspek-aspek yang ingin dikembangkan dalam tujuan pembelajaran yaitu:
a. Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup:
b. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya,
c. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan dapat memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://biosaefful.blogspot.com/2013/05/definisi-manfaat-dan-tujuan-pembelajaran.html Diakses pada 10 Maret 2015
http://zakwaan-priaji.blogspot.com/2013/07/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html Diakses pada 10 Maret 2015
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/ Diakses pada 10 Maret 2015
http://neparasi.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-tujuan-dari-belajar-dan.html Diakses pada 10 Maret 2015
http://echacahbiie14.blogspot.com/2013/07/merumuskan-tujuan-pembelajaran.html Diakses pada 10 Maret 2015
http://www.artikelbagus.com/2011/11/pengertian-tujuan-dan-cara-merumuskan-tujuan-pembelajaran.html Diakses pada 10 Maret 2015
LAMPIRAN
A. Soal Uraian
1. Jelaskan pengertian tujuan pembelajaran menurut Henry Ellington!
Jawab:
Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
2. Tuliskan manfaat tujuan pembelajaran menurut Nana Syaodih Sukmadinata!
Jawab:
Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4 manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
3. Mengapa guru harus menuliskan tujuan pembelajaran?
Jawab:
Guru harus mengetahui tujuan pembelajarannya agar dapat melakukan pemilihan materi, metode, dan media. Tujuan itu akan mengarahkan guru dalam memilih materi, metode, dan media dan urutan kegiatan pembelajaran. Mengetahui tujuan pembelajarannya sendiri juga menjadikan guru memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga tujuan itu dapat dicapai.
4. Mengapa tujuan pembelajaran dikatakan sebagai kontrak antara guru dan siswa?
Jawab:
Guru harus mengetahui tujuan pembelajarannya agar dapat melakukan pemilihan materi, metode, dan media. Tujuan itu akan mengarahkan guru dalam memilih materi, metode, dan media dan urutan kegiatan pembelajaran. Mengetahui tujuan pembelajarannya sendiri juga menjadikan guru memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga tujuan itu dapat dicapai.
5. Jelaskan kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran menurut W. James Popham dan Eva L. Baker!
Jawab:
a. Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan
b. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitik beratkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitik beratkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
6. Jelaskan aspek-aspek yang ingin dikembangkan dalam tujuan pembelajaran!
Jawab:
Aspek-aspek yang ingin dikembangkan dalam tujuan pembelajaran yaitu:
a. Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup:
b. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya,
c. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
7. Jelaskan tiga komponen utama yang harus dipenuhi dalam tujuan pembelajaran menurut Mager!
Jawab:
Menurut Mager bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
8. Jelaskan teknis penyusunan tujuan pembelajaran yang di kemukakan Hamzah B. Uno!
Jawab:
Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (pelajar, siswa, mahasiswa, dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai), dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima).
9. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan tujuan pembelajaran khusus?
Jawab:
Dalam penyusunan tujuan pembelajaran khusus, perlu mem-pertimbangkan hal-hal:
· Kemampuan dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa.
· Bagaimana cara mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus.
· Apakah perlu menekankan aspek-aspek tertentu atau tidak.
· Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa.
· Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
10. Sebutkan beberapa kata operasional yang dapat dipilih untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor!
Jawab:
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus, terdapat beberapa kata operasional yang dapat dipilih sesuai kebutuhan seperti:
a. Aspek kognitif meliputi: menyebutkan, mengidentifikasi, men-definisikan, menjelaskan, merangkum, menyadur, menyimpulkan, menghitung, menghubungkan, melengkapi, menjodohkan, membagi, mengkategorikan, membedakan.
b. Aspek afektif meliputi: menanyakan, memilih, menyatakan, menempatkan, membantu, menolong, menyesuaikan diri, menyatakan pendapat, memilih, membenarkan, menolak, mengajak, menyatakan.
c. Aspek psikomotor meliputi: mempraktekkan, memainkan, me-ngerjakan, membuat, memasang, membongkar, mengoperasikan, membangun, memperbaiki, melaksanakan, menyusun, menggunakan.
B. Soal Diskusi
Banyak siswa mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan belajar. Siswa yang mengalami kegagalan sering mengatakan bahwa matematika itu sulit dipelajari, mengapa demikian?